Langsung ke konten utama

Indonesia dijajah Belanda selama ratusan tahun. Tapi mengapa keturunan Belanda di Indonesia sangat sedikit dibandingkan keturunan Tionghoa dan Arab?

✤ Sejarah Kelam Yang Dibuat Oleh Bangsa Kita

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni :

1. Kebencian Masyarakat Indonesia pada Orang Belanda & keturunannya, yang berakhir dengan pengusiran.

2. Orang-orang Belanda & keturunannya memilih pulang ke Belanda, karena kondisi Indonesia saat itu.


Adapun peristiwa penting yang mempengaruhi, yakni :

1.   Masa Bersiap, 1945–1947 (Gelombang ke 1)

2. Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam KMB, dan periode 1950-an (Gelombang ke 2)

3. Sinterklas Hitam, 05 Desember 1957 (Gelombang ke 3)


Populasi Orang Belanda & keturunannya (Indo) di Hindia-Belanda pada tahun 1940 diperkirakan hampir menyentuh 300.000 jiwa.

Selama Masa Bersiap jumlahnya menurun menjadi 120.000-an jiwa. Penurunan populasi ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya gelombang kepergian ke Belanda. 20.000 jiwa dari penurunan populasi ini, adalah jumlah orang Belanda yang menjadi korban pembantaian selama Masa Bersiap. (Gelombang 1)


Setelah KMB & pengakuan kedaulatan Indonesia, pemerintah memberi pilihan bagi orang-orang Belanda & keturunannya. Mereka diberi pilihan untuk pulang ke Belanda atau mendaftar menjadi WNI.

Cukup banyak yang memilih untuk kembali ke Belanda, sehingga populasi Orang Belanda yang tersisa di Indonesia pada tahun 1950 hanya berkisar 80.000 jiwa. (Gelombang 2)

Selama tahun 1954–1957, tensi Indonesia dengan Belanda kembali meningkat terkait Irian Barat. Belanda telah dianggap melanggar KMB, dimana Belanda tak pernah menepati janjinya untuk melakukan diplomasi terkait masalah Irian Barat.


Puncak dari ketegangan ini adalah pada Desember 1957. Di tanggal 05 Desember terjadilah sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Sinterklas Hitam   atau Zwarte Sinterklaas. Dalam peristiwa tersebut, Soekarno yang amarahnya sudah meledak, memutuskan untuk mendeportasi sebanyak mungkin Orang Belanda & Keturunannya yang masih menetap. Soekarno juga memerintahkan untuk Menasionalisasi seluruh perusahaan Belanda yang ada di Indonesia.

Pada akhirnya, keadaan yang sangat mendesak ini menciptakan (Gelombang 3) kepergian masyarakat Belanda & keturunannya dari Indonesia. Tercatat, dari Desember 1957 sampai awal tahun 1958, ada sebanyak 50.000 Orang Belanda & Indo yang meninggalkan Indonesia.

Para Pengungsi Sinterklas Hitam

Sejak saat itu, populasi Orang Belanda di Indonesia terus menurun, dan akhirnya tak sering kita jumpai, walaupun kita telah dijajah cukup lama.


Meskipun dulu Orang Tionghoa juga beberapa kali menjadi sasaran kebencian masyarakat Indonesia, namun banyak dari mereka yang masih memilih menetap di Indonesia. Cukup sedikit dari mereka yang memilih pergi ke China. Populasi Orang Tionghoa juga cukup banyak pada era 1940-an. Setidaknya ada 1.5 juta jiwa Orang Tionghoa yang menetap, atau sekitar 2% populasi saat itu.



-Historia Est Via Futuri-

.010123.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Prancis dan Inggris (sekutu) tidak mendeklarasikan perang kepada uni Soviet ketika uni Soviet menyerang Polandia,padahal beberapa hari sebelumnya Jerman menyerang Polandia dan langsung dideklarasikan perang?

✤ Ada Apa Dengan Prancis-Inggris & Uni Soviet?  Uni Soviet melakukan serangan ke Polandia di tanggal 17 September 1939. Jerman melakukan serangan ke Polandia pada tanggal 01 September 1939, dan 3 hari setelah penyerangan Jerman ke Polandia, Inggris beserta Prancis mendeklarasikan perang pada Jerman. Hal itu tidak dilakukan ke Uni Soviet padahal mereka sama-sama invader. Mengapa begitu? Perlu diketahui, bahwa Jerman ini menginvasi Polandia tidak hanya satu hari satu malam saja, melainkan dari 01 September 1939 sampai 06 Oktober 1939. Nah, Soviet itu menginvasi Poland tepat di tengah-tengah meletusnya Invasi. Hasil akhir serangan Invasi ke Polandia. Bisa dilihat, bahwa Jerman dan Soviet membabat habis seluruh wilayah Polandia Dan jika kita lihat hasil dari invasi ini Jerman lah yang menang. Itu berarti Inggris dan Prancis sudah cukup kewalahan mengalahkan Jerman. Jika sampai kedua negara ini mendeklarasikan perang serta harus melawan Soviet mereka bisa-bisa saja dikalahkan lebih ...

Bagaimana Sejarah dari Upaya Reklamasi Belanda?

✤   Sejarah Reklamasi Belanda Penampakan daratan Belanda pada 2000 hingga setidaknya 100 tahun yang lalu, tidaklah sama dengan penampakannya di era kini. Dulunya, banyak wilayah Belanda yang berupa daerah perairan berupa danau-danau kecil di daerah Holland dan Friesland, serta Zuiderzee yang masih mendominasi wilayah tengah Belanda.  Perbandingan penampakan daratan Belanda Zuiderzee merupakan sebuah teluk besar di Belanda, yang mana Zuiderzee di era kini telah diubah menjadi Flevoland serta IJsselmeer dan Markemeer . Menurut catatan sejarah, Zuiderzee telah terbentuk setidaknya sejak 1000 tahun yang lalu. Zuiderzee sebelumnya hanyalah sebuah danau yang dikelilingi oleh daratan luas Belanda, yang disebut Danau Flevo . Ya, wilayah daratan dulunya mendominasi Belanda, setidaknya sebanyak 80%. Hal yang menyebabkan Zuiderzee terbentuk dan mengikis daratan Belanda (terlebih di Holland dan Friesland) adalah persoalan kenaikan air laut di awal Abad Pertengahan. Belanda dikenal sebag...

Bagaimana sejarah penggunaan nama 'Indonesia'?

✤ Sejarah Panjang Dari Nama Indonesia Sebagian dari kita, mungkin sudah tahu bahwa nama Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Yunani Kuno, yakni ' Indos'  yang berarti ' India ' dan   'Nesos'  yang berarti ' Kepulauan '. Kalau kita gabungkan, nama dari Indonesia itu bermakna ' Kepulauan India '.  Namun, yang tak banyak diketahui adalah perihal bahwa Penamaan dari Indonesia berasal dari orang asing yang tengah membuat sebuah Jurnal.  Sejarah nama Indonesia, bermula pada saat pertengahan abad ke-19. Kala itu, sebuah Jurnal atau majalah bernama JIAEA, yang merupakan akronim dari ' Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia ' mulai dibuat. Di dalam pembuatannya terdapat seorang Ahli Antologi Inggris bernama George Samuel Windsor Earl , yang turut serta dalam penulisan jurnal itu pada tahun 1850. George S.W. Earl Dalam pelaksanaan penulisan Jurnal JIAEA itu, Earl memberikan sebuah argumen yang menegaskan bahwa sudah tiba saatnya ba...