✤ Sejarah Panjang Dari Nama Indonesia
Sebagian dari kita, mungkin sudah tahu bahwa nama Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Yunani Kuno, yakni 'Indos' yang berarti 'India' dan 'Nesos' yang berarti 'Kepulauan'. Kalau kita gabungkan, nama dari Indonesia itu bermakna 'Kepulauan India'.
Namun, yang tak banyak diketahui adalah perihal bahwa Penamaan dari Indonesia berasal dari orang asing yang tengah membuat sebuah Jurnal.
Sejarah nama Indonesia, bermula pada saat pertengahan abad ke-19. Kala itu, sebuah Jurnal atau majalah bernama JIAEA, yang merupakan akronim dari 'Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia' mulai dibuat. Di dalam pembuatannya terdapat seorang Ahli Antologi Inggris bernama George Samuel Windsor Earl, yang turut serta dalam penulisan jurnal itu pada tahun 1850.
Dalam pelaksanaan penulisan Jurnal JIAEA itu, Earl memberikan sebuah argumen yang menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk di Kepulauan Hindia Timur atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas. Earl merasa bahwa nama Hindia untuk kepulauan di Asia Tenggara itu terdengar tidak tepat dan cukup rancu dengan kepulauan India lainnya.
Dia memberikan dua pilihan yang dapat di-jadikan nama Khas. Yang pertama ada 'Indunesia' yang bermakna 'Kepulauan India', dan yang kedua ada 'Malayunesia' yang berarti 'Kepulauan Melayu'. Earl sendiri mengatakan bahwa dirinya lebih suka dengan nama 'Melayunesia' daripada 'Indunesia'. Alasannya, karena nama Malayunesia lebih tepat untuk ras Melayu daripada Indunesia yang lebih pas untuk Ceylon atau Maldives.
Untuk pertama kalinya, nama Indonesia muncul di majalah JIAEA pada halaman 252 hingga 347. Semuanya bermula ketika James Richardson Logan yang juga terlibat dalam pembuatan JIAEA, menganggap nama 'Indian Archipelago' yang ditulisnya terlalu panjang. Dirinya ingin menggunakan sebuah nama resmi yang bisa dimuat secara singkat. Logan kemudian meminjam kata 'Indunesia' yang dibuang oleh Earl. Kata 'Indunesia' kemudian dimodifikasi oleh Logan, dengan mengubah huruf 'U' menjadi 'O', sehingga terciptalah nama 'Indonesia'.
Penulisan nama Indonesia dalam JIAEA, yang hampir mencapai 100 halaman itu ternyata membuat kesalahpahaman orang Eropa terhadap Nusantara semakin meningkat. Pemberian nama 'Indonesia' itu dijadikan bukti oleh orang-orang bahwa penduduk nusantara adalah orang-orang India, makanya negeri itu diberi nama 'Indonesia'. Mindset orang Eropa ini sebenarnya keliru, akan tetapi sudah terlanjur akrab.
Logan pun pada akhirnya secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ahli bidang etnologi dan geografi.
Nama Indonesia sendiri, dipopulerkan oleh seorang ahli etnologi sekaligus guru besar Jerman, bernama Adolf Bastian. Bastian telah mengembara dan menjelajah nusantara dari tahun 1864 - 1880. Penggembaraannya selama 16 tahun itu menginspirasi penerbitan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel, yang ditulis oleh Bastian itu sendiri.
Bastian menggunakan frasa 'Indonesia' milik Logan, yang kemudian didekatkan dengan bahasa Jerman menjadi 'Indonesien'. Buku Bastian itu nantilah yang kemudian populer dikalangan sarjana Belanda. Pada akhirnya, penggunaan frasa Indonesien yang diubah ke 'Indonesische' menjadi populer bersama dengan 'Indische'.
Tokoh Nusantara yang pertama kali menggunakan kata Indonesia (Indonesische) adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau pertama menggunakan frasa Indonesische tatkala beliau diasingkan ke Belanda pada 1913. Di Belanda sana, ia mendirikan kantor berita pribumi pertama yang ia beri nama Indonesische Persbureau.
Pada tahun 1917, seorang Profesor bernama Cornelis van Vollenhoven memberi gagasan agar kata 'Indische' diubah seutuhnya menjadi 'Indonesische'. Sejalan dengan hal itu, inlander diganti dengan Indonesiƫr. Selama era 1920-an, nama Indonesia atau Indonesische dijadikan sebagai makna politis oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan. Nama Indonesia saat itu dianggap sebagai identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Dampaknya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata Indonesia atau Indonesische.
Di tahun 1922, Mohammad Hatta yang kala itu tergabung ke organisasi Indische Vereniging di Belanda, mengusulkan untuk mengubah nama Indische menjadi Indonesische. Yang akhirnya terciptalah nama 'Indonesische Vereniging'. Namanya pun kembali diubah pada tahun 1925 menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI).
Nah, karena penggunaan nama 'Indonesia' saat itu sudah sangat populer di kalangan pribumi dan juga dianggap sebagai identitas politis nasional, maka pada pelaksanaan Kongres Pemuda Kedua tahun 1928, nama 'Indonesia' dicantumkan dalam Ikrar yang terdiri dari :
Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia.Dengan adanya ikrar itu, nama Indonesia telah secara resmi dianggap sebagai nama sebuah negara, yang memperjuangkan kemerdekaannya di Hindia Belanda. Puncaknya pada pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 yang mencantumkan kalimat 'Kami Bangsa Indonesia' dan 'Atas nama Bangsa Indonesia'.
Hingga kini, Kepulauan India atau Nusantara itu, telah berdiri menjadi sebuah negara Independen bernama Indonesia.
Komentar
Posting Komentar