✤ Monarki Inggris : Dari Absolute ke Konstitusional
Kudeta terbesar salah satunya adalah Glorious Revolution atau Revolusi Agung.
Kudeta ini terjadi pada tahun 1688 di Inggris, yang Mengkudeta Raja James II.
James II ini dikudeta oleh Parlemen Inggris dan Statdtholder Belanda.
Kenapa Raja James II ini dikudeta?
Jadi alasan mengapa James II ini dikudeta oleh Parlemen Inggris, karena dia telah membubarkan Parlemen pada Juli 1687. Alasan pembubaran parlemen sendiri sebab Parlemen menolak untuk mencabut Test Acts.
Test Acts adalah serangkaian hukum pidana tentang tes uji agama bagi calon pejabat publik, yang bertujuan agar pejabat publik tidak diisi orang katolik.
Raja James II sendiri mengeluarkan Declaration of Indulgence atau jaminan kebebasan beragama, pada April 1688. Deklarasi itu telah mengizinkan orang-orang beribadah sesuai keyakinan, yang mana deklarasi itu ditentang oleh Seven Bishop.
Seven bishop itu kemudian didakwa oleh James II.
Keinginan James II sendiri sebenarnya baik, karena dia telah mengeluarkan deklarasi yang menjamin kebebasan beragama dan menghapus persyaratan agama dalam meraih jabatan publik.
Tetapi mengapa Parlemen menolak?
Jadi, James II ini beragama *Katolik*. Padahal di Inggris masyarakatnya mayoritas Protestan. Nah, hubungan antara Protestan dengan Katolik di Inggris pada saat itu cukup buruk.
Masyarakat Inggris sendiri, sebenarnya tidak suka jika Raja mereka adalah Katolik. Itu sebabnya Parlemen menolak Test Acts tadi, yang menghapus persyaratan agama dalam jabatan publik.
puncak ketidaksukaan publik adalah saat kelahiran putra James II. Yakni, James Francis Edward Stuart, yang membuat publik Inggris takut akan lahirnya dinasti katolik di Inggris, yang mayoritas protestan.
Peristiwa tersebut kemudian memicu tujuh orang bangsawan Inggris (immortal seven) mengirim undangan kepada William, stadtholder Belanda, untuk menginvasi Inggris dan membantu istrinya, Putri Mary, untuk mengambil alih takhta Inggris dari James II, bersama dengan Parlemen.
Dilakukanlah kudeta itu selama tahun 1688. Yang pada akhirnya, berhasil menurunkan kekuasaan James II pada tanggal 23 Desember 1688.
William III dan Mary II, kemudian diangkat bersamaan menjadi Raja dan Ratu Britania Raya pada tahun 1689 oleh Parlemen Inggris.
Bertepatan pada penobatan itu pula, diterbitkanlah Bill of Rights yang membatasi kekuasaan Raja dan mengukuhkan hak-hak Parlemen Alias Inggris tidak lagi menjadi Monarki Absolut melainkan telah berubah menjadi Monarki Konstitusional. Jadi sebelum tahun 1689 ini, Inggris adalah Monarki Absolut, dimana Raja memiliki kekuasaan penuh di pemerintahan.
Selain diberlakukan perubahan sistem monarki, diterbitkan pula Act of Settlement pada tahun 1701, yang isinya mengatur agar suksesi takhta Inggris dan Irlandia hanya diberikan kepada pewaris protestan, dan tidak untuk Katolik. James II sendiri adalah Raja Katolik terakhir Inggris yang menjabat dari tahun 1685–1688.
Kudeta James II ini, tentu tak luput dari berbagai konflik internal, yakni Konflik antara kubu Williamite (pendukung William III) yang mayoritas protestan, dan Jacobite (pendukung James II) yang mayoritas katolik.
Untuk nasib James II sendiri, dia diasingkan ke Prancis setelah kekalahannya. James II sendiri sempat mencoba merebut kembali kekuasaannya pada 1690, namun gagal.
Dia pun pada akhirnya kembali di asingkan ke Prancis dan meninggal di Château de Saint-Germain-en-Laye, pada tahun 1701 di usianya yang ke 67 tahun.
-Historia Est Via Futuri-
.061022.
Komentar
Posting Komentar